Desa Karangligar Sering Terendam Banjir,Ternyata Ini Penyebabnya

Zaenuri Alfadly, S.H., M.H.
Zaenuri Alfadly, S.H., M.H.

KARAWANG-Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Timur, setiap musim hujan datang kerap terendam banjir.

Ketua Umum LSM Barada Bangsa, H. Zaenuri Alfadly, kepada delik.co.id membedah persoalan apa yang menjadi penyebab Desa Karangligar kerap kebanjiran.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, ada sejumlah faktor sebab dan akibat yang melatarbelakangi Desa Karangligar kerap kebanjiran, di antaranya faktor topografi Desa Karangligar yang sangat rendah dibanding daerah penyanggah sekitarnya .

“Jadi Desa Karangligar berbentuk cekungan yang sangat mudah untuk didiami air ketika musim hujan tiba,” ujarnya, Kamis (27/5/2021).

Kemudian, lanjutnya, Desa Karangligar diapit oleh dua sungai besar seperti sungai Citarum dan sungai Cibeet, yang ketika musim hujan dengan besarnya debit air yang dibawa oleh dua sungai tersebut, meluap dan masuk ke daerah Karangligar yg merupakan cekungan.

Zaenuri pun kemudian memberikan solusi agar Desa Karangligar tidak lagi kebanjiran, yakni pesisir dan atau dipinggiran sungai tersebut harus dibangun tanggul atau tembok raksasa atau bahasa kerennya Giant Great Walls yang harus lebih tinggi dari perkampungsn Karangligar dan lebih tinggi dari bibir sungai, sehingga ketika banjir datang tidak masuk ke daerah cekungan Karangligar.

“Atau bisa dengan relokasi penduduk dengan ruislagh ( tukar tanah) dipindah ke tempat yang lebih tinggi oleh Pemkab Karawang,” ungkapnya.

Zaenuri menegaskan, soluasi itu bisa dipakai untuk mengatasi banjir Karangligar yang sudah terjadi dalam kurun waktu hampir 15 tahun. Namun sayangnya oleh pemangku kebijakan di Karawang permasalahan tersebut tidak kunjung selesai. Bahkan terkesan jadi proyek pencitraan para pejabat dari daerah hingga pusat.

“Kita sudah sama-sama tahu Bupati sudah berkali-kali tinjau dan turun tangan menyaksikan banjir Karangligar, sampai Gubernur bahkan terakhir Presiden dan Wakil President juga ikut turun meninjau banjir Karangligar, cuma sampai saat ini belum nampak solusi nyata atau real action dari para pejabat yang berkompeten. Jangan terkesan seperti bahasa Petir terus menggelegar tetapi hujan tidak turun, artinya jangan wacana terus kerja nyatanya tidak ada. Rakyat tidak butuh retorika tetapi rakyat butuh kerja nyata,” tutupnya. (red).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *