KARAWANG-Publik Karawang dikagetkan dengan terungkapnya aksi dua predator sodomi (Yi & Ya) yang menelan belasan korban anak dibawah umur di wilayah Desa Sukaluyu Kecamatan Telukjambe Timur, kemarin.
Orangtua korban pelecehan seksual, Rani (bukan nama sebenarnya), menjelaskan ihwal kronologi kasus itu berawal.
Menurutnya, modus pelecehan dan pencabulan itu berawal ketika Yi dan Ya bersekongkol membuat tim futsal dengan merekrut sejumlah anak dibawah umur tahun 2023.
“Sebenarnya bisa jadi kasus ini terjadi telah lama tapi baru terungkap baru-baru ini,” ucapnya kepada delik.co.id, Selasa (14/5/2024).
Ia melanjutkan, biasanya setelah main futsal sejumlah anak dibawa ke ke rumah Ya berlantai 2. Di rumah Ya memang ada sejumlah fasilitas game semacam PS.
“Game PS-nya yang terbaru. Anak-anak dibujuk main PS, nah kemudian anak-anak sebagiannya dibawa ke lantai 2 oleh Yi dan Ya untuk dicabuli, tapi untungnya anak saya enggak sampai dicabuli hanya baru sempat dilecehkan pelaku dan lalu berhasil kabur,” ujarnya
“Kadang si Yi merekam aksi pencabulan yang dilakukan Ya melalui kamera HP. Nah infonya video-video pencabulan itu jual lagi lain. Jadi dicurigai ini ada semacam sindikat,” sambungnya.
Setelah lakukan aksi pencabulan, pelaku mengancam korban agar tidak beritahukan ke keluarga mereka, lalu korban diberi uang jajan oleh pelaku.
“Mereka ancam ‘awas ya jangan kasih tahu ke orangtua’ setelah itu mereka kasih uang jajan ke korban Rp100 ribu,” bebernya.
Kata Rani, aktivitas rumah Ya selalu sepi tanpa ada keluarga Ya lainnya. Orangtua dan saudara Ya jarang ada di rumah sehingga itu memudahkan Yi dan Ya melakukan aksi bejatnya.
Bejatnya lagi, ucap Rani, aksi pencabulan oleh Yi dilakukan di area sekitar masjid lantaran Yi juga aktivas sehari-harinya kadang jadi guru ngaji.
“Di lingkungan kami ada masjid, nah di area masjid di situ si Yi cabuli anak dibawah umur asuhan ngajinya,” ucapnya geram.
Rani meminta kepada aparah penegak hukum untuk memberikan hukuman berat kepada dua predator lantaran akibat aksi bejatnya menimbulkan efek traumatis yang dalam kepada para korban.
“Jujur anak saya ketakutan dan traumatis. Kalau bisa setelah jalani hukuman pelaku diusir tidak boleh lagi kembali ke lingkungan kami, anak-anak ketakutan kalau nanti sampai ketemu dengan pelaku kembali,” tutupnya. (red).