Lima Poin Penting Pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI-P

Gili Argenti

Gili ArgentiKARAWANG-Gubernur Jawa Tengah yang juga merupakan kader PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, telah resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh Ketum PDI-P Megawati Soekarno Putri pada Jumat (21/4/2023) kemarin.

Pengamat politik dari FISIP Unsika, Gili Argenti, mengatakan, pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI-P memiliki beberapa poin penting.

Bacaan Lainnya

Pertama, lanjut Gili, berakhirnya kontestasi politik di internal PDI-P antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Hampir setahun terakhir publik melihat seakan-akan terjadi rivalitas antara keduanya untuk mendapatkan tiket calon presiden yang akan diusung oleh partai pemenang Pemilu Legislatif 2019.

“Kedua, PDI-P kembali konsisten menghadirkan tradisi berdemokrasi berbeda, tidak mengusung ketua umum partai sebagai capres di Pemilu 2024, melainkan mencalonkan salah satu kadernya dalam proses kandidasi politik elektoral, suatu tradisi politik konsisten ditampilkan PDI-P di dua pemilu terakhir, yaitu 2014 dan 2019, mencapreskan Joko Widodo yang bukan ketua umum partai politik,” ucap Mahasiswa S3 Ilmu Politik Unpad ini kepada delik.co.id, Kamis (27/4/2023).

Kemudiann yang ketiga, kata Gili, dukungan salah satu partai Islam, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ke Ganjar, menandakan sosok ini bisa diterima kalangan kelompok Islam, khususnya Islam tradisional, disebabkan Ganjar memiliki hubungan dekat dengan kelompok santri karena istrinya Ganjar merupakan cucu dari K.H. Hisyam A Karim yang merupakan seorang ulama dan pendiri Pondok Pesantren PP Riyadus Sholikhin, Karanganyar, Purbalingga.

Keempat, sambungnya, dukungan PPP ke Ganjar selain faktor kedekatan keluarga santri, juga disebabkan antara PPP dan PDI-P, mempunyai ikatan historis politik panjang selama Orde Baru. Kedua partai ini memiliki nasib sama mengalami pembatasan dan peminggiran dari negara.

Bahkan ketika PDI Megawati tidak diakui pemerintah pasca peristiwa 27 Juli 1996, terbentuk aliansi politik antara pendukung Megawati dan massa PPP melalui aksi kampanye Mega Bintang Rakyat di Pemilu 1997 yang menyebabkan kenaikan fantastis suara PPP pada pemilu terakhir Orde Baru tersebut lantaran pendukung Megawati memberikan suara mereka ke PPP, disaat PDI Megawati tidak bisa menjadi peserta Pemilu 1997.

Kelima, lanjutnya kembali, masuknya PPP dalam koalisi mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres di Pemilu 2024, menandakan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang melibatkan tiga partai politik, yaitu PPP, Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN) bisa dikatakan bubar dengan sendirinya. Karena PPP telah menentukan pilihan untuk bergabung dengan poros koalisi baru yang dibentuk PDI-P, masuknya PPP dalam koalisi ini memberikan dampak besar dalam political branding, bisa menciptakan persepsi koalisi politik ideal yang melibatkan dua kelompok besar di Indonesia, yaitu Islam dan nasionalis.

“Terakhir sebagai bagian dari masyarakat tentunya kita berharap terdapat tiga pasangan capres-cawapres dalam Pemilu 2024 nanti, selain masyarakat di berikan pilihan alternatif banyak, juga agar kita tidak mengulangi pembelahan politik di dua pemilu sebelumnya, ketika sebagai pemilih kita dihadapkan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden,” tutupnya. (red).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *