Imbas PPKM, Pelaku Usaha dan Nelayan di Tanjungpakis Nyaris Bangkrut, Minta PPKM Diakhiri

Rumah Makan Empud tampak sepi pengunjung.
Rumah Makan Empud tampak sepi pengunjung.

KARAWANG-Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kni layaknya seperti ‘hantu’ bagi sejumlah masyarakat, terutama bagi para pelaku usaha dan nelayan di Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya.

Sejak PPKM diberlakukan pada 3 Juli 2021 hingga sekarang, mereka menjerit lantaran penghasilannya menukik tajam kebawah. Mereka seakan ‘kehabisan nafas’ untuk bertahan hidup ditengan himpitan ekonomi yang semakin mencekik leher mereka.

Bacaan Lainnya

Empud, seorang tokoh Desa Tanjungpakis, kepada delik.co.id, mengisahkan bagaimana warga sekitarnya semakin hari semakin sulit mencari rupiah sejak pemerintah berlakukan PPKM.

“Kami betul-betul kesulitan mencari nafkah agar dapul tetap bisa ngebul,” kata Empud mengawali perbincangannya dengan delik.co.id, Sabtu (31/7/2021) malam.

Suasana Pantai Tanjugpakis sepi pengunjung.

Empud yang memiliki usaha rumah makan di pantai Tanjungpakis, mengatakan, sejak PPKM diberlakukan, omzet rumah makannya nyaris bangkrut lantaran tidak ada pengunjung yang datang ke lapak usahanya.

“Kalau omzet turun cuman 50 persen masih mendinglah, tapi ini benar-benar nyaris 100 persen omzet turun,” ucap Empud dengan mimik muka yang redup.

Begitu juga pemilik usaha tambak, baik tambak udang dan ikan. Menurutnya, para pemilik tambak saat ini lagi kebingungan dengan nasib usahanya.

Ketika mereka mau menjual hasil tambaknya, dinilai oleh para tengkulak dengan harga murah dibawah harga pasaran ketika masa-masa normal.Bila di masa normal, harga udang dihargai capai Rp40-50 ribu, tetapi kini cuma dihargai Rp10 ribu.

Para tengkulak pun kebingungan jika membeli dengan harga normal karena bos-bos mereka yang punya restoran membelinya juga harga murah, mungkin karena restoran banyak yang tutup.

“Pemilik tambak jadi bingung. Dijual enggak bisa tutup biaya operasional, enggak dijual makin rugi mereka,” tuturnya.

Sebelas dua belas nasib miris juga dialami para nelayan. Hasil tangkapan mereka tidak bisa menutupi biaya operasional untuk melaut.

“Seandainya opreasional mereka habis Rp1 juta, hasil rupiah dari tangkapannya paling cuma dihargai Rp500 ribu, jadi mereka tekor,” bebernya.

Melihat kondisi miris tersebut, Empud pun berharap kepada pemerintah untuk mengakhiri PPKM agar geliat ekonomi di Desa Tanjungpakis kembali naik.

“Sudahlah kami mohon jangan perpanjang lagi, kami sudah lelah dengan kondisi seperti ini,” harapnya menutup pembicaraan dengan delik.co.id. (red).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar