Mantan Pejabat Karawang Ini Sebut Pertamina Dari Dahulu Tidak Transparan Soal DBH Migas

Saleh Effendi
Saleh Effendi

KARAWANG-Mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Karawang periode 2006-2007, Saleh Effendi, menuding Pertamina dari dahulu tidak transparansi soal DBH Migas yang diterima Kabupaten Karawang.

“Itu yang saya alami ketika menjabat Kadispenda pada 2006-2007,” katanya kepada delik.co.id, Rabu (4/1/2023), di kediamannya di Kelurahan Adiarsa Barat, Kecamatan Karawang Barat.

Bacaan Lainnya

Baca juga : Soroti Transparansi DBH Migas Karawang, Media Delik.co.id Gelar Diskusi Publik

Ia menjelaskan, saat menjabat Kadispenda Karawang dirinya dan sejumlah pejabat lainnya pernah diundang oleh Dirjen Migas. Dalam forum tersebut dirinya mempertanyakan dari mana rumusan munculnya angka Rp88 miliar DBH Migas yang dierima Kabupaten Karawang setiap tahunnya.

Namun pihak Pertamina tidak mau memberikan penjelasan berapa sebenarnya jumlah total besaran lifting migas yang dihasilkan bumi Karawang setiap tahunnya.

“Pada forum itu saya mendesak Pertamina agar membuka data besaran lifting migas yang dihasilkan dari setiap daerah penghasil migas, tapi Pertamina tidak mau membuka,” ungkap mantan Asda 1 ini.

Baca juga : Karawang Punya Kandungan Migas Besar, Ini Penjelasannya

“Pada waktu itu juga saya mendapat informasi dari Bappenas kalau harga minyak bumi 70 dolar Amerika per barrel, lalu kenapa pihak Dirjen Migas bilangnya hanya 50 dolar Amerika per barrel. Pihak Dirjen Migas alasannya 20 dolar Amerika dipakai operasional. Saya waktu itu langsung protes, kami maunya terima DBH itu dari bruto bukan netto. Protes saya didukung oleh daerah lain, tapi tetap pihak Pertamina tidak mau membuka data bruto lifting yang diterima setiap daerahnya,” jelasnya.

Ia menyarankan kepada pihak eksekutif dan legislatif Kabupaten Karawang untuk membuka jalur komunikasi kepada pihak Pertamina dengan duduk bersama.

Baca juga : Petrogas Karawang : Pernah Disuntik Rp750 Juta Kondisinya Kini Hidup Segan Mati Tak Mau

“Protes yang disampaikan Bupati Meranti itu benar, hanya saja saya tidak setuju dengan bahasanya. Kalau Bupati Cellica ngerti soal migas dan berani bicara mungkin nama Cellica makin terkenal,” pungkasnya. (red).

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar