Sekolah Inspiratif : Pelepasan Siswa Tidak Beratkan Orangtua

Dr. H. Srie Muldrianto, M.Pd.

OPINI-Beberapa hari lalu media sosial, diramaikan dengan seruan stop wisuda di TK, SD, SMP, dan SMA. Bukan tak beralasan tuntutan tersebut karena memang acara wisuda dan pelepasan kelulusan itu membutuhkan dana yang cukup besar bagi orang tua siswa.

Biaya yang harus dikeluarkan seperti membeli kostum untuk penampilan (Perfomance) baik untuk tampil di panggung maupun untuk seremoni pelepasan.

Bacaan Lainnya

Terlebih di sebagian sekolah ada yang menetapkan kenang-kenangan buat gurunya dan lain-lain. Sementara itu bagi calon siswa-siswi SD, SMP, dan SMA harus menyiapkan dana untuk persiapan masuk sekolah, seperti untuk seragam sekolah, buku, dan perlengkapan lainnya. Tentu hal ini memberatkan orang tua siswa.

Beberapa orang tua siswa bahkan mengeluhkan ke Pak Menteri agar kegiatan wisuda dikembalikan ke asal yaitu hanya untuk perguruan tinggi. Sebagai orang tua, saya turut merasakan kegelisahan orang tua tersebut. Tetapi saya melihat dari perspektif berbeda.

Beberapa hari lalu penulis menghadiri acara pelepasan anaknya di sekolah kampung yang sangat sederhana. Guru-gurunya sangat luar biasa, tidak ada seruan atau permintaan berlebihan dari guru bahkan guru-guru tidak mendapat kenang-kenangan dari orang tua siswa. Kepala sekolah yang baru, walaupun sudah cukup berumur memiliki tanggungjawab yang tinggi dan memiliki inisiatif yang tinggi.

Pada awalnya di sekolah tersebut lebih dari lima tahun tidak menyelenggarakan seremoni pelepasan. Tetapi Kepala Sekolah baru dapat menggerakan sumber daya yang ada hingga sekolah dasar tersebut sering mengikuti perlombaan baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten.

Tidak hanya itu, siswa yang ikut lomba ternyata punya prestasi luar biasa seperti juara lomba pupuh, juara lomba lari, dan ikut tampil diajang tingkat kabupaten uji keterampilan matematika GASING (Gampang Asik dan Menyenangkan) dan lain-lain.

Kepala sekolah baru tersebut memiliki semangat yang luar biasa dalam membangun sekolah. Performa sekolah berubah drastis, baik secara materi maupun non materi.

Fasilitas IT yang sangat minim ditingkatkan, lapangan upacara yang tadinya tidak ada kemudian dibangun. Bantuan dari pemerintah untuk perbaikan sekolah turun. Bantuan dari lembaga sosial lainnya dimanfaatkan dengan efektif. Kualitas guru di tingkatkan dengan mengikuti pelatihan matematika Gasing Universitas Pertahanan. Tentu tidak semua guru yang daftar diterima untuk ikut pelatihan, hanya guru yang terseleksilah yang ikut pelatihan.

Pesta pelepasan siswa siswi yang diselenggarakan sekolah justru menjadi hiburan dan pembelajaran luar biasa baik bagi siswa maupun bagi orang tua.

Sebagai pendidik dan orang tua penulis sangat berterima kasih kepada guru dan kepala sekolah tersebut. Pemerintah pusat harus belajar dari fenomena yang terjadi secara riil di lapangan jangan tebang pilih.

Guru senior harus mendapat perhatian jangan buru-buru menilai negatif dan mempersempit ruang bagi guru senior dan guru di kampung. Sekolah bukan hanya untuk orang kota, orang muda, dan orang-orang yang memiliki kemudahan akses.

Pembatasan kepala sekolah yang terbatas hanya bagi guru yang pernah jadi guru penggerak hanya akan membunuh dan membuat frustrasi guru potensial lainnya. Kampung memiliki sumber daya manusia dan alam yang potensial. Tanpa kampung pertanian, orang kota tak dapat makan sayuran dan palawija.

Pembelajaran Pada Pesta Pelepasan (Wisuda)

Pada acara pesta pelepasan ada beberapa lakon yang diperankan oleh siswa dan siswi, mirip seperti drama, tari-tarian, lagu, tilawah, sholawatan dan lain-lain.

Sebelum tampil siswa-siswi dilatih untuk mempersiapkan kemampuannya ada yang berperan sebagai lengser, ada yang berperan sebagai pengiring, ada yang berperan sebagai pembaca puisi dan lain-lain.

Semua memerlukan persiapan yang cukup matang mulai dari script hingga costum. Apa dampaknya bagi pengalaman siswa? Ini yang menurut penulis yang sangat positif. Seluruh potensi siswa bergerak mulai pemikirannya, psikomotornya dan mentalnya.

Keberanian tampil, kenangan yang direkam anak, mengharmoni dengan teman, keceriaan, harapan, cinta, keindahan dan lain sebagainya adalah bentuk pembelajaran.

Inilah pembelajaran yang sesungguhnya yang tidak terdapat di kelas sehari-hari. Pembelajaran sehari-hari biasanya monoton dan membosankan.  Tapi justru pembelajaran tampil di muka umum telah menjadi ajang tersendiri bagi tumbuh kembangnya anak di masa depan.

Pendidikan itu bukan menuangkan air ke dalam bejana tetapi menyalakan api. Pendidikan adalah membangun kesadaran akan jati diri manusia menjadi manusia dewasa. Kesadaran dibangun melalui berbagai pendekatan baik melalui kekuatan pikiran, perasaan, imajinasi, maupun keterampilan fisik yang berhubungan langsung dengan realitas kehidupan.

Keterlibatan anak dalam berbagai pentas dan perlombaan dapat menjadi stimulus bagi anak untuk tumbuh dan berkembang.

Sebagai orang tua, penulis haturkan terimakasih kepada Ibu Kepala Sekolah, Bapak, Ibu Guru, Korwas, Korwil, dan ketua PGRI kecamatan Cisurupan yang telah membantu sekolah menjadi lebih baik. Semoga Pemerintah Pusat memberi perhatian dan keadilan kepada Kepala sekolah dan Bapak, Ibu Guru yang inspiratif dan penuh tanggungjawab.

(Dr. H. Srie Muldrianto, M.Pd, Orang tua siswa SDN Sirnagalih II, Cigintung, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut/ Aktivis FKPMC, RI (Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Cendekia, Republik Indonesia).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar