Babak Baru Perseteruan Ambu dan Akang, Suasana Politik di Purwakarta Diprediksi Memanas

Ambu Anne
Ambu Anne

OPINI-Setelah proses gugatan cerai Ambu pada Akang, suasana Purwakarta menghangat. Kehangatan itu tampaknya dipicu oleh para pendukung dan loyalis si Akang. Setelah kurang lebih kurang 10 tahun Purwakarta adem ayem, hampir tak ada kritik yang berarti. Bupati bekerja dengan tenang tanpa gangguan.

Ibarat pepatah bahwa pelaut yang handal dilahirkan dalam deburan ombak besar. Politisi Purwakarta hampir tak mengalami ini. Ombaknya kecil dan lembut. Tapi tampaknya masa-masa itu akan berlalu. Politisi Purwakarta tampaknya akan memasuki zaman yang baru yang lebih menantang dan cukup menguras tenaga untuk saling menyerang dan mempertahankan kekuasaannya.

Bacaan Lainnya

Ingat kita sebagai masyarakat jangan terpencing dan gontok-gontokan yang terjadi sekarang bukan karena kita (rakyat) tapi karena kekuasaan! Karena merasa terganggu eksistensi dan perkembangan karir kekuasaannya maka gelombang itu muncul.

Saya tertarik untuk ikut berkomentar karena tampaknya Ambu sedang diserang oleh si Akang. Pendukung si Akang kalang kabut, mungkin akan banyak kehilangan posisi dan bagiannya. Sementara Ambu sibuk mempertahankan eksistensinya.

Tentu ini akan merugikan rakyat dan masyarakat Purwakarta pada umumnya. Bukan berarti saya tidak setuju Ambu dikritik, tapi harus berimbang sebab kalau tidak akan menggangu roda pembangunan di Purwakarta. Kritik boleh saja tapi anehnya kritik itu semakin kencang ketika Ambu serius mengajukan gugatan cerai.

Si Akang ini memang fenomenal, dia serius dalam berpolitik. Jarang politisi di Purwakarta yang setangguh dia, tapi sayangnya dia sering lupa diri. Lupa diri setelah dirinya viral dan popular di kalangan rakyat terutama emak-emak.

Si Akang merasa sudah kuat, berkuasa, banyak pendukung, dan banyak duit tapi dia kehilangan panggung di dunia nyata yaitu Purwakarta. Inilah yang membuat dia kecewa dan merana.

Ada satu komentator yang mengatakan Ambu lupa diri setelah didukung mati-matian oleh suaminya. Yang lain berkomentar juga “dulu yang dukung dia siapa ya”? Apa dia juga tidak lupa diri pada pengusungnya yang mati-matian membelanya. Mungkinkah ini karma? Kita sama-sama tahu lah siapa dibalik berkuasanya dia? Di Indonesia yang namanya kekuasaan hanya pada segelintir orang (oligarki) itu kan biasa dan itu lumrahnya, termasuk di Purwakarta.

Untuk menjadi pengurus atau pejabat di lembaga non pemerintah di Purwakarta seperti KPU, BAWASLU, Dewan Pendidikan dan lain-lain bagaimana prosesnya?

Ini yang bermain oligarki juga, tentu tidak semua tapi peran tokoh tertentu itu sangat nyata. Begitupun yang ingin mencalonkan jadi politisi termasuk Bupati dan lainya. itu ada ongkos yang harus dibayar. Jadi sebaiknya kita rakyat jangan bela mati-matian lah! Biarkan mereka bermanuver tapi kita jangan mau dikorbankan!

Terus siapa mereka (oligarki)? Yang pasti mereka yang memiliki uang, banyak pengikut dan jaringan,orang yang berwibawa, atau penguasa. Itulah yang mengendalikan percaturan politik di suatu daerah. Mereka membuat opini bahkan kadang opininya mengadu domba demi meraih kekuasaan. Rakyat digiring untuk ikut sesuai kepentingan mereka.

Inilah kelemahan demokrasi Barat yang menentukan kebenaran atas dasar one man one vote. Suara rakyat dihargai sama baik penjahat maupun orang baik, yang berpendidikan ataupun tidak berpendidikan, yang ikhlas dengan orang riya/ hasud dan lain-lain. Sejatinya demokrasi kita berbasis pada musyawarah untuk mufakat sesuai sila ke empat dalam Pancasila.

Oleh karena itu pendidikan critical thinking perlu dibelajarkan kepada seluruh masyarakat. Walaupun katanya sebab utama orang bertindak atau berbuat bukan karena dari berpikir tapi lebih kepada kebiasaan. Orang terbiasa nyaman dengan gayanya, pola hidupnya seperti perokok sulit untuk berhenti merokok karena sudah biasa, padahal tahu secara logis bahwa merokok membahayakan kesehatan.

Si Akang ini politisi yang cukup lama malang melintang terutama di Purwakarta. Waktu dia di DPRD, jadi wakil Bupati, jadi Bupati, juga jadi wakil ketua komisi 4 DPR RI. Dia memiliki pola dalam berpolitik.
Pola dibentuk berdasarkan kebiasaan dan kebiasaan ada karena dia mengikuti kecenderungannya. Pola dan kecenderungan inilah yang diteliti oleh lawan politiknya sehingga celah-celah itu dimanfaatkan lawan politiknya.
Saya tidak tahu apakah Ambu bagian dari skenario atau bukan tapi yang jelas Ambu mengetahui celah-celah kelemahan dan kekuatan suaminya, dan tampaknya hanya Ambu lah yang berani melawannya.

Mang Asep Purwa

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar