Meta Alasan Ambu Anne Gugat Cerai Kang DM

Ambu Anne (kiri), Kang DM (kanan)/net.
Ambu Anne (kiri), Kang DM (kanan)/net.

OPINI-Perbincangan tentang gugatan cerai Bupati Purwakarta, Ambu Anne, kepada Kang Dedi Mulyadi (KDM) makin hari makin ramai.

Perhatian warga, Purwakarta dan sebagian Jawa Barat juga Sebagian wilayah Indonesia tertuju pada alasan gugatan cerai Anne pada KDM.

Bacaan Lainnya

Alasan gugatan cerai Anne pada KDM sampai sekarang tidak sangat jelas malah makin hari makin kabur. Artinya gugatan tersebut dianggap tidak substantif.

Informasi yang didapat karena melanggar hukum Islam, tidak terpenuhinya hak istri, dan kadang ada pihak ketiga (seperti yang dinyanyikan Anne). Karena gugatan perceraian ini dilakukan oleh dua tokoh publik maka rasa penasaran warga makin menjadi. Ada apa gerangan?

Sejak awal saya menduga gugatan cerai ini tidak hanya terkait dengan urusan pribadi tapi lebih kepada motif politik, mengapa? Siapa yang untung dan siapa yang dirugikan?

Sebagaimana kita tahu bahwa KDM adalah politisi kawakan yang berjuang mulai dari bawah. Karir politiknya melesat hingga sulit dibendung. Tentu saja ini sangat menghawatirkan lawan politiknya oleh karena itu berbagai upaya lawan politik terus dilakukan seperti isu korupsi, isu mal administrasi dan lain sebagainya.

Tapi isu-isu tersebut tidak cukup kuat untuk menggeser popularitas KDM bahkan makin hari makin banyak pengikutnya. Momentum itu datang ketika Anne jadi Bupati Purwakarta. Inilah cikal bakal gugatan perceraian. Andai saja Anne tidak jadi Bupati (politisi), mungkin saja Anne tidak akan berani mengajukan gugatan cerai.

Oleh karena itu saya menduga gugatan cerai ini lebih dominan pada motif politik. Sebab Anne sebagai politisi berani mengajukan gugatan cerai pada politisi yang cukup kuat dan sebagai mentornya(mungkin ada yang memback up).

Kedua, gugatan dilakukan menjelang tahun politik. Siapa yang dirugikan tentu keduanya. Tapi kerugian KDM pasti lebih besar. Mengapa? KDM telah berkarir sejak lama sudah puluhan tahun, dia tahu getir pahitnya politik.

Sedangkan Anne baru beberapa tahun saja jadi nothing to lose lah. Malah baginya mungkin ada lebihnya jadi lebih sejahtera. Sementara bagi KDM ini adalah malapetaka. Mungkin saja gara-gara ini karir politiknya stagnan. Paling tidak di tahun 2024 ini agak terhambat.

Siapa yang diuntungkan? Tentu saja lawan politik KDM. Siapa lawan politik KDM? Nah identifikasi ini penting untuk diketahui! Tentu yang lebih tahu KDM, mungkin belum tentu di luar Partai Golkar, mungkin saja dalam Partai Golkar sendiri. Budaya politik kita kan berpolitik untuk meraih kekuasaan dan jabatan. Atau mungkin saja ada perkawinan kepentingan dari berbagai partai dan lintas kabupaten mungkin saja sampai ke pusat (wallahu a’lam) juga dalam kabupaten. Misinya sama yaitu menjegal KDM.

Cara yang paling efektif tentu menggunakan orang terdekatnya. Kita juga tahu bahwa KDM unggul dalam beberapa survei bahkan jika dibandingkan dengan ketua umum Golkar sekalipun, tandingannya ya Kang Emil.
Jadi KDM sekarang menghadapi dua tantangan yaitu Anne sebagai Isterinya dan Kang Emil sebagai kompetitor baru dalam tubuh Golkar.

Purwakarta sebagai panggung politik KDM sudah mulai diamankan Anne hingga KDM tidak leluasa lagi di Purwakarta, kabarnya KDM sudah sering tinggal di Subang.

Tentu hal ini akan merugikan citra KDM di Purwakarta hingga ada seorang kawan aktivis bilang “tuh kan kalau sudah berhenti jadi Bupati, dia pulang kampung, jadi hanya numpang cari rejeki saja di Purwakarta”. Begitu kira-kira ungkapan beberapa orang kawan.

Padahal setahu saya KDM masih tetap menjadi warga Purwakarta dan rumahnya masih di Purwakarta.

Walaupun bagaimana Purwakarta adalah basis dukungan KDM, jika saja basis dukungan KDM dilemahkan tentu akan berdampak pada keberlangsungan karir politik KDM.

Oleh karena itu mungkin saja KDM akan terus berperan dalam percaturan politik di Purwakarta. KDM pasti belajar dari pengalaman, oleh karena itu pasti dia berhati-hati dalam menentukan Langkah politiknya.

Purwakarta baginya kota kenangan, yang telah memberikan kesan bagi kehidupannya. Warga Purwakarta pun berterima kasih padanya karena perubahan besar telah dia torehkan hingga Purwakarta menjadi kota yang hidup dan menjadi kota kompetitip dan menjadi kota urutan ke lima terbesar Produk domestik Regional Bruto se-Jawa Barat.

KDM telah menorehkan prestasi yang luar biasa dan kini, kita mulai merasakan hasilnya.

Keberhasilan KDM dalam membangun Purwakarta dan kecerdasan dalam mengelola medsos semakin mengukuhkan dirinya sebagai politisi kawakan di Purwakarta.

Tapi sayangnya ibarat halodo satahun lantis ku hujan sapoe. Inilah yang terjadi sekarang pada KDM. Sebagai pribadi dan sebagai warga asli Purwakarta saya menyesalkan ini. Sebenarnya untuk mengalahkan KDM gampang saja, berihtiarlah lebih giat, berikan prestasi yang lebih baik, bergerak tidak hanya saat kampanye, dan seringlah turun dan membantu masyarakat secara konsisten.

Menjegal karir politik lewat keluarga memang lebih mudah dan murah tidak berdarah-darah. Salam damai! (Hanya opini jangan marah!)

(Mang Asep Purwa)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *