Merdeka Belajar : Kurikulum Prototipe 2022 dan Knowledge Manajemen

3
Dr. Srie Muldrianto (kiri). bersama Prof. Dr. Nasaruddin Umar.

OPINI-Merdeka belajar yang digaungkan Mendikbud Nadiem Makarim terus berproses menuju kenyataan, melalui rencana penetapan kurikulum prototype 2022.

Merdeka belajar adalah merdeka dalam berpikir, karena berpikir itulah yang dapat memerdekakan manusia dimanapun tempatnya.

Berpikir adalah ciri utama manusia, belajar adalah interaksi manusia dengan lingkungannya melalui berpikir. Manusia terjajah sesungguhnya oleh pikirannya dan merdeka juga oleh karena pikirannya.

Oleh karena itu salah satu indikator pelajar Pancasila adalah berpikir kritis. Walaupun berpikir bukan satu-satunya cara manusia meraih tujuan. Untuk meraih tujuan memerlukan langkah lain yaitu mewujudkan hasil pikir melalui langkah-langkah operasional dan kemudian menghasilkan karya.

Langkah-langkah itulah yang kini terus digulirkan Pak Nadiem melalui sekolah penggerak, melalui penetapan kurikulum baru, dan lain-lain.

Ketika memaparkan kurikulum prototype 2022 di gedung DPR RI ruang komisi X, Nadiem mengatakan “Kita akan mengadakan learning recovery daripada adanya learning loss yang sangat gawat darurat. Tapi juga Kita tidak akan melakukan pemaksaan apapun dalam bentuk kurikulum baru. Semua kita serahkan kepada sekolah untuk memilih, yang terpenting adalah kesadaran dan kemauan guru serta Kepala Sekolah untuk berubah agar dapat memulihkan pembelajaran di saat adanya learning loss. Mengapa tidak dipaksakan? Karena menurutNya sesuatu yang dipaksakan itu tingkat kesuksesannya rendah.

Dalam hal ini Nadiem konsisten untuk menerapkan merdeka belajar, hanya saja patut diingat bahwa yang terpenting adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Selebihnya diserahkan kepada guru dan kepala sekolah sebagai ujung tombak pendidikan di tingkat operasional.

Merdeka belajar bagi guru dapat diartikan bahwa guru diberi keleluasaan untuk mengelola sekolah tapi yang terpenting Guru di masa kini dan masa depan adalah guru pembelajar. Guru pembelajar adalah kriteria yang sangat urgent agar tujuan pembelajaran tercapai. Apa? Mengapa? Dan Bagaimana guru pembelajar itu?

Sahabat dan menantu Nabi yang mulia, Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.

Dari ungkapan Imam Ali tersebut, kita dapat pahami bahwa guru atau orang tua tidak boleh menginginkan anak-anaknya seperti keinginan dirinya. Tapi berikanlah kemerdekaan kepada anak-anak untuk memilih jalan hidupnya. Tugas kita memberikan ruang dan memfasilitasi mereka sesuai minat, bakat dan passion anak. Ibarat tanaman tugas kita menyiapkan lahan pertanian bagi tumbuh dan berkembangnya benih.

Di era VUCA perubahan yang begitu cepat dan tanpa terduga mensyaratkan guru untuk terus belajar mendapatkan dan mengembangkan pengetahuannya. Keahlian yang kita miliki semakin lama umurnya semakin pendek karena perubahan yang begitu cepat. Hasil pikir diolah menjadi informasi dan informasi diolah menjadi pengetahuan.

Oleh karena itu pengelolaan pengetahuan (knowledge management) menjadi penting. Knowledge management yang dimaksud adalah pengelolaan pengetahuan agar jangan hilang tapi terus tumbuh dan berkembang, bermanfaat serta lebih bernilai.

Di era kini penguasaan pengetahuan menjadi sangat penting. Kekayaan berupa materi bisa dikalahkan oleh kekayaan intelektual seperti Facebook, WA, Go Jek dan lain-lain. Kita dapat bandingkan kekayaan Go Jek dengan Garuda, kekayaan Net TV dengan You tube dan lain-lain.

Salah satu model knowledge management sebagaimana yang dikembangkan oleh Nonaka Takeuci (1995), adalah model SECI (Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization). Pengetahuan ada yang tampak di luar sehingga kita dapat melihat, mengamati, mempelajari, dan memahaminya seperti pengetahuan yang ada dalam buku, You tube, gambar, video, kaset, CD dan lain sebagainya, pengetahuan ini disebut explicit knowledge.

Yang kedua pengetahuan yang tersembunyi atau yang belum tereksplorasi yang disebut tacit knowledge. Tugas organisasi pendidikan adalah mengembangkan dan menumbuhkan pengetahuan agar menjadikan lebih bernilai, bermanfaat, menyebar/ bertransformasi dan tidak mati malah menjadi kebijaksanaan (wisdom). Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus dapat menyiapkan, mendukung, dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya pengetahuan agar seluruh stake holder sekolah menjadi pembelajar dan bijak.

Pada tataran praktis di sekolah model SECI dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Socialization yaitu mengembangkan pengetahuan yang tersembunyi (tacit) menjadi pengetahuan tersembunyi (tacit) bagi yang lain. Misalnya seorang guru yang memiliki pengetahuan atau pengalaman berbagi pengetahuan melalui sharing, diskusi, atau cerita kepada guru lain sehingga guru lain mengetahui dan mengerti. Cara ini bisa ditempuh dengan mewajibkan guru melakukan sharing session misalnya seminggu sekali atau bahkan bisa setiap hari secara bergiliran berbarengan dengan briefing sebelum pembelajaran sekolah di mulai. Dapat pula sekolah mengundang akhli pada bidang tertentu untuk berbicara langsung dengan siswa agar mendapat pengalaman baru.

2. Externalization yaitu perubahan pengetahuan dari tacit ke explicit seperti pengetahuan guru yang tersembunyi ditransformasikan melalui you tube, karya ilmiah atau popular lewat tulisan di media, atau lewat gambar dan karya lain yang dapat diakses guru lain atau pihak lain yang membutuhkan.

3. Combination yaitu mentransformasikan pengetahuan dari explicit menjadi explicit seperti guru ditugaskan untuk membaca sebuah karya melalui riset atau hasil dari karya orang lain menjadi karya baru atau pengetahuan baru yang dapat diakses oleh orang lain. Sehingga guru menjadi lebih kreatif dan tertantang untuk terus belajar.

4. Internalization yaitu perubahan pengetahuan dari bentuk explicit ke tacit, seperti guru membaca, atau belajar dari karya tulis, you tube menjadi pengetahuan guru.

Upaya lain mengembangkan pengetahuan dapat bervariasi misalnya dengan mengemas karya siswa atau guru menjadi karya yang menarik dan dapat diakses oleh pihak dalam juga luar. Bahkan dapat bernilai jika dijual seperti menjual karya lukis, kerajinan tangan, buku siswa kepada orang tua, melalui pameran sekolah dan lain-lain. (red).

Penulis : Dr. Srie Muldrianto, Dosen dan Aktivis Pendidikan di Purwakarta.

 

 

 

 

3 thoughts on “Merdeka Belajar : Kurikulum Prototipe 2022 dan Knowledge Manajemen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *